Komponen Index Bahaya Erosi
Saat pengguna memilih sebuah lokasi, atau lebih tepatnya pada posisi marker yang menjadi penanda lokasi, nilai indikator resiko erosi sebuah sel berukuran `1px` x `1px` pada peta di hitung oleh aplikasi berdasarkan parameter:
Panjang dan Kemiringan Lereng (Faktor LS)
Faktor LS merupakan faktor erosi tanah paling dominan yang menentukan seberapa besar sedimen luruh hingga terbawa ke suatu tempat. Besar kecilnya sedimentasi yang terjadi merupakan produk dari panjang lereng (akumulasi aliran) serta kemiringan lahan. Kalibrasi perhitungan faktor LS dilakukan pada batas kemiringan lereng 22%. Saat kemiringan lereng lebih kecil dari 22%, aplikasi melakukan kalkulasi LS berdasarkan persamaan Wiscmeier (1978):
`LS = (sqrt(L) * 1.38 + 0.965 S + 0.1387 S ^ 2) / 100`
Untuk tingkat kemiringan yang lebih curam (>22%) aplikasi menghitung LS berdasarkan formula Gregory et al., (1977):
`LS = (L/2.21)^0.5 * 34.7046 * cos S^1.503 * (0.5* sin S^1.249 + sin S^2.249)`
Aplikasi melakukan request terhadap data kemiringan lereng sebagai faktor geofisik secara independent dari data elevasi yang diolah dari SRTM (90m digital elevation model) dalam satuan PERCENT RISE (%). Data slope dan elevasi tersebut dapat ditampilkan pada aplikasi melalui layer katalog sebagai layer referensi/penunjang eksplorasi.
Erosivitas Curah Hujan (faktor R)
R merupakan nilai intensitas dan kekuatan hujan dalam menyebabkan erosi. R mempengaruhi erosi tanah melalui energi kinetik setiap tetes air hujan serta intensitasnya yang terakumulasi pada suatu interval waktu. Erosivitas curah hujan dihitung berdasarkan formula Lenvain dengan persamaan:
`R_m = 2.21 *("Rain")_m^1.36`
R`m` | = | Erosivitas Hujan Bulanan |
Rain`m` | = | Jumlah Curah Hujan Bulanan (`mm`) |
Data nilai erosivitas 20 tahun terakhir dari stasiun curah hujan agroklimatologi kemudian di interpolasi untuk membentuk data poligon agar dapat diproses aplikasi saat melakukan query geospasial. Output geometry selanjutnya dikelaskan dengan metode natural breaks classification agar dapat ditampilkan sebagai layer pendukung.
Erodibilitas Tanah (Faktor K)
Erodibilitas tanah merupakan kerentanan tanah secara umum terhadap erosi (Commission of the European Communities 1994, 38). Komponen untuk penentuan faktor K mengacu pada formula Hammer (1981) yang disajikan dalam persamaan:
`K = frac{2.713 * M ^ 1.14 * 10^-4 * (12 - a) + 3.25(b-2) + 2.5(c-3)}{100}`
`K` | = | Nilai Erodibilitas Tanah |
`M` | = | Parameter ukuran butir tanah |
`a` | = | Persentase (%) Bahan organik |
`b` | = | Kode struktur tanah |
`c` | = | Kode permeabilitas tanah |
Seluruh variabel persamaan erodibilitas tanah diolah dalam satu layer data Satuan Peta Tanah (SPT) dan diproses pada skala 250.000. Landasan unit kajian obyek SPT adalah ordo tanah. SILAHAN kemudian menghitung nilai K untuk masing-masing unit kajian melalui fasilitas view pada database PostgreSQL. Disain tersebut ditujukan agar masing-masing variabel yang dijumpai pada dataset tanah dapat ditampilkan secara tematik. Peta yang dimaksud antara lain peta tematik berdasarkan tekstur, ordo, persentase bahan organik, struktur, permeabilitas, serta peta tematik berdasarkan nilai erodibilitas tanah. Masing-masing tema kemudian dapat dikelaskan setidaknya dalam rentang 5 kelas untuk menyederhanakan aspek visual saat melakukan analisa.
Retensi Potensial Maksimum (faktor S)
Dalam pemodelan bilangan kurva, aliran permukaan dinilai dengan persamaan sebagai berikut:
`Q=((P-Ia)^2)/((P-Ia)+S)`
`Q` | = | Debit aliran permukaan(`mm`) |
`P` | = | Rata-rata jumlah hujan bulanan (`mm`) |
`Ia` | = | Abstraksi awal (`mm`) |
`S` | = | Retensi potensial maksimum (`mm`) |
`CN` | = | Nilai Bilangan Kurva |
Nilai S dapat diduga dengan menggunakan persamaan:
`S = 25400/(CN) - 254`
Bilangan Kurva (CN) mengindikasikan kemampuan lahan dalam melakukan penyerapan air. Semakin kecil nilai CN, semakin tinggi kadar penyerapan/infiltrasi suatu lahan. Kandungan air tanah sebelumnya (Antecedent Soil Moisture Content atau AMC) turut mempengaruhi volume dan laju terjadinya aliran permukaan. Saat tanah dalam kondisi kering (AMC 1), kemampuan tanah dalam menyerap air lebih besar, sehingga sebagian besar air terinfiltrasi kedalam tanah, ditunjukkan oleh nilai retensi potensial (`S` atau storage). Model SCS-CN pada dasarnya memperhitungkan faktor durasi waktu saat terjadi hujan. Jadi saat tanah semakin basah (AMC 3), kemampuan tanah dalam melakukan penyerapan semakin kecil. Pada titik jenuh, air hujan yang jatuh menjadi limpasan/aliran permukaan.
Group A | Potensi aliran permukaan rendah. Tanah memiliki rerata infiltrasi yang tinggi. Berupa tanah-tanah yang dalam, drainase baik sampai sangat baik dengan fraksi pasir atau kerikil. |
Group B | Tanah memiliki rerata infiltrasi sedang. Berupa tanah-tanah yang sedang sampai dalam, drainase sedang sampai baik dengan tekstur agak halus atau agak kasar. |
Group C | Tanah memiliki rerata infiltrasi lambat. Berupa tanah-tanah yang memiliki penghambat laju pergerakan air ke bawah atau memiliki tekstur agak halus sampai halus. |
Group D | Potensi aliran permukaan tinggi. Tanah memiliki rerata infiltrasi sangat lambat. Berupa tanah-tanah liat dan memiliki potensi kembang kerut yang tinggi, memiliki air tanah permukaan yang permanen, memiliki lapisan impermeabel (pan) atau lapisan akumulasi liat dekat permukaan, tanah yang dangkal. |
John Doe
There are many variations of passages of Lorem Ipsum available but the majority have suffered alteration in some form by injected humour or randomised.
Jane Smith
There are many variations of passages of Lorem Ipsum available but the majority have suffered alteration in some form by injected humour or randomised.
Tommy Horton
There are many variations of passages of Lorem Ipsum available but the majority have suffered alteration in some form by injected humour or randomised.
Alan Snow
There are many variations of passages of Lorem Ipsum available but the majority have suffered alteration in some form by injected humour or randomised.
Harry John
There are many variations of passages of Lorem Ipsum available but the majority have suffered alteration in some form by injected humour or randomised.